Seri Apologetika
Beny Takumau
Saya pernah berdiskusi di live TikTok dengan seseorang yg menolak doktrin Tritunggal. Ia mengaku percaya kepada Alkitab, namun tetap menolak bahwa Allah adalah satu dalam hakikat, tiga dalam pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ia meyakini bahwa Allah itu Esa, tapi dalam pengertian esa mutlak, tanpa ada kejamakan pribadi.
Dalam diskusi itu, saya ajukan satu pertanyaan klasik yg sering tdk dijawab secara tuntas oleh kalangan yg menolak Tritunggal—baik itu yg menyebut diri Kristen Unitarian ataupun ones, maupun yg berada di luar kekristenan:
Jika Allah adalah kasih sejak kekal sampai kekal , lalu dengan siapa Ia mengasihi sebelum segala sesuatu diciptakan???
Pertanyaan ini bukan jebakan. Ini pertanyaan mendasar. Karena jika kasih adalah sifat Allah, maka kasih itu harus ada bahkan sebelum dunia ada. Tapi kasih sejati selalu menuntut objek—harus ada yg dikasihi, harus ada relasi. Maka jika Allah adalah satu pribadi yg mutlak, apakah kasih-Nya kekal? Atau kasih itu baru muncul setelah Allah menciptakan malaikat dan manusia?
Dalam kerangka Tritunggal, jawaban ini menjadi jelas. Dalam kekekalan, Bapa mengasihi Anak, Anak mengasihi Bapa, dan kasih itu dinyatakan oleh Roh Kudus. Allah tdk pernah kesepian. Allah tdk mencipta karena butuh teman. Ia mencipta karena kasih-Nya yg melimpa dan mengalir, bukan karena ada kekurangan dalam diri-Nya.
Jika kasih baru muncul setelah penciptaan, maka kasih bukan sifat Allah, tapi akibat dari ciptaan. Itu membuat Allah tergantung pada sesuatu di luar diri-Nya untuk menjadi penuh kasih. Tapi ini tdk sesuai dengan Allah yg Mahasempurna.
Maka saya ajak siapa saja yg sedang menggumulkan doktrin ini untuk merenung sejenak. Bila ada penjelasan yg lebih masuk akal tentang bagaimana kasih bisa kekal dalam diri Allah yg esa mutlak secara pribadi, mari kita diskusikan. Tapi jika tdk ada, bukankah ini justru menguatkan bahwa doktrin Tritunggal itu bukan beban, melainkan penyingkapan kebenaran yg indah?
---
Jika kita sungguh percaya bahwa Allah adalah Tritunggal, maka seharusnya itu membentuk cara kita hidup. Kita dipanggil untuk hidup dalam kasih, karena kasih bukan sekadar aturan, tapi cerminan dari siapa Allah itu. Relasi kasih dalam Tritunggal menjadi dasar kita hidup dalam kerendahan hati, dalam pelayanan, dan dalam kesatuan.
Percaya pada Tritunggal juga berarti menyadari bahwa keselamatan adalah karya Allah Tritunggal.
Bapa yg merancang, Anak yg menebus, Roh Kudus yg membarui.
Kita tdk berjalan sendiri. Kita diselamatkan bukan oleh konsep yg abstrak, tapi oleh Allah yg hidup dan penuh kasih.
Namun jika hari ini engkau belum percaya akan Tritunggal, saya tdk mengajak untuk langsung menyetujui, tapi untuk merenung. Jika benar Allah adalah kasih sejak kekal, maka tdk mungkin Ia satu mutlak dalam pribadi. Kasih itu butuh relasi. Dan Allah Tritunggal menyatakan relasi itu tanpa cela dan dari kekekalan yg lampau.
Kita semua sedang mencari Allah yg bisa dipercaya, Allah yg sungguh kasih, dan Allah yg sungguh hadir. Dan Allah itu bukan sekadar teori. Ia adalah kasih yg sejak kekal telah ada—dan kasih itu kini terbuka bagi kita semua.
Allah bukan kesepian. Dia adalah kasih. Dan kasih itu yg memanggil kita semua.
BAGI YANG MAU BELAJAR LEBIH DALAM TENTANG DOKTRIN-DOKTRIN PRIMER KEKRISTENAN SECARA LENGKAP, BISA KUNJUNGI LINK WEB DI BAWAH
https://golgothaministry.org/index.htm
Soli Deo Gloria