Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kasih Yang Dititipkan Tuhan Lewat Keluarga

Selasa, 29 April 2025 | April 29, 2025 WIB Last Updated 2025-04-30T04:07:34Z




Oleh : Beny Takumau

Sebuah Renungan Reflektif Tentang Keluarga.

"Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita."

(1 Yohanes 4:12)


Kita sering mencari Allah dalam hal-hal besar: dalam suara mengguntur, mujizat spektakuler, atau pengalaman rohani yg menggetarkan. Tapi kasih Tuhan juga kadang sering hadir secara diam-diam, tersembunyi dalam relasi-relasi biasa—terutama dalam keluarga. Dalam istri yg tetap setia saat ada keluhan tak terucap. Dalam suami yg memikul beban diam-diam tanpa pamrih. Dalam anak-anak yg mencintai bahkan sebelum bisa mengungkapkannya dengan kata.


Keluarga bukan pusat dari kasih itu—Tuhanlah pusatnya. Tapi Tuhan, dalam kerelaan-Nya yg agung, memilih menitipkan kasih-Nya lewat mereka. Ia menyelubungi kehadiran-Nya dalam kelemahan manusia, supaya kita tdk hanya mengenal kasih secara abstrak, tapi bisa merasakannya, memeluknya, dan hidup darinya setiap hari.



Kasih dalam keluarga itu seperti jendela yg menghadap cahaya. Bukan cahaya itu sendiri, tapi salurannya. Dan karena jendela itu terbuka, terang Allah bisa masuk dan menghangatkan jiwa kita. Tapi saat jendela itu tertutup—karena kebencian, ketidakpedulian, atau keegoisan—bukan karena terang Allah tdk ada, tapi karena salurannya mulai meredup.


Konteks dalam– 1 Yohanes 4:12

Yohanes menulis kepada jemaat yg diguncang oleh ajaran palsu—ajaran yg mengingkari bahwa Allah bisa hadir secara nyata dalam dunia ini. Maka ia berkata: “Tdk ada seorang pun yg pernah melihat Allah.” Tapi ia segera menyambung: “Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita.”

Yg tdk kelihatan menjadi kelihatan lewat kasih.

Yg transenden hadir lewat yg imanen.

Yg ilahi menjelma dalam hubungan manusia.

Dan itu semua adalah inisiatif Allah—bukan hasil kemampuan kita mengasihi.


Kasih itu tdk dimulai dari kita. Ia berasal dari Allah (ay. 7), dinyatakan lewat pengorbanan Kristus (ay. 9-10), dan dilanjutkan lewat kehadiran Roh-Nya dalam diri kita. Maka ketika seorang istri mengampuni, seorang suami melayani, seorang anak menghormati—itu bukan sekadar etika keluarga. Itu manifestasi kasih Allah. Kasih itu milik-Nya. Kita hanya menyalurkannya. Dan saat kita setia menjadi saluran itu, Yohanes berkata: kasih-Nya sempurna di dalam kita.



Seringkali kita berdoa, “Tuhan, nyatakan kasih-Mu.”

Padahal Ia telah menjawab doa itu dengan memberi orang-orang di rumah kita.

Tapi kita terlalu sibuk mencari Allah di tempat lain, sampai lupa bahwa kehadiran istri, suami, anak-anak, adalah jawaban dari doa itu.

Namun kita juga tdk boleh berhenti di sana. Tujuan akhirnya bukan keluarga itu sendiri, melainkan Allah. Kasih itu dari Dia, oleh Dia, dan menuju kepada Dia. Maka keluarga kita bukan panggung utama, melainkan altar kecil tempat kasih Tuhan dinyatakan dan dipersembahkan kembali kepada-Nya.



Kasih Tuhan dalam keluarga itu bukan hal besar yg mengguncang bumi. Tapi ia seperti hangat yg mengendap pelan—dalam suara yg menenangkan, dalam kehadiran yg tak pergi, dalam kebaikan-kebaikan kecil yg tak pernah masuk berita.


Mungkin tak ada yg tahu perjuangan seorang ayah yang diam-diam menahan lapar demi anaknya bisa makan. Atau seorang ibu yg menyeka air mata dalam diam agar tetap kuat di hadapan keluarga. Tak ada panggung, tak ada sorotan. Tapi di situlah Allah berdiam—dalam kasih yg memberi tanpa menuntut kembali.


Dan bila hari ini kamu pulang ke rumah, dan ada seseorang yg masih membuka pintu untukmu, menyapamu, atau sekadar duduk diam menemanimu... maka kamu tak perlu ragu lagi: kasih Allah sedang nyata. Ia hadir, dalam bentuk yang paling sederhana, namun paling dalam.


Rumah itu mungkin tak sempurna. Tapi saat kasih ada di dalamnya, rumah itu sudah cukup menjadi tempat di mana Allah berdiam.


https://www.veritasinspirasi.com/2025/03/kesendirian-tuhan.html

(Anda juga bisa lihat renungan tentang "Kesendirian dan Tuhan"pada link di atas,atau scroll ke bawah dalam web ini cari judul itu)




Soli Deo Gloria


×
Berita Terbaru Update